Badan Pangan Nasional (NFA) menggandeng mahasiswa sebagai garda terdepan dalam kampanye “Stop Boros Pangan”. (Photo, Dok: Ist)
Analisnews.co.id, JAKARTA – Dalam upaya melawan ancaman krisis pangan dan mengurangi limbah makanan, Badan Pangan Nasional (NFA) menggandeng mahasiswa sebagai garda terdepan dalam kampanye “Stop Boros Pangan”. Bukan sekadar ajakan, ini adalah tantangan besar bagi generasi muda untuk membawa perubahan nyata demi masa depan Indonesia.
Panggung Perubahan di Tangan Mahasiswa
Mengapa mahasiswa? Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, percaya bahwa mereka adalah katalis perubahan yang mampu mengguncang pola pikir masyarakat. “Mahasiswa memiliki energi dan idealisme yang dibutuhkan untuk memimpin revolusi perilaku pangan. Mereka adalah kunci dalam mengubah budaya konsumsi yang boros menjadi lebih berkelanjutan,” tegas Arief, Senin (04/11/2024)
Festival Literasi Budaya Pangan Berkelanjutan di UGM
Festival di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menjadi bukti nyata kolaborasi antara pemerintah dan akademisi. Nita Yulianis, Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi NFA, menegaskan pentingnya peran aktif mahasiswa dalam berbagai aspek, mulai dari edukasi hingga aksi nyata di lapangan. “Ini bukan sekadar teori, mahasiswa bisa menjadi pelopor dalam mengurangi food waste melalui kegiatan sehari-hari dan penelitian yang mereka lakukan,” kata Nita.
Target Ambisius: Kurangi Limbah Pangan 75% pada 2045
Indonesia telah menetapkan target besar: pengurangan Susut dan Sisa Pangan (SSP) hingga 75% pada 2045. Ini bukan tugas mudah. Namun, dengan dukungan generasi muda, NFA optimis bisa mencapai tujuan tersebut. “Ini adalah komitmen kita untuk masa depan yang lebih baik. Melalui Gerakan Selamatkan Pangan (GSP), kita melibatkan seluruh lapisan masyarakat, terutama mahasiswa,” tambah Arief.
Yogyakarta Jadi Contoh
Provinsi Yogyakarta menjadi salah satu pelopor dalam implementasi program penyelamatan pangan. Dengan instruksi gubernur yang mendukung pengelolaan SSP, Yogyakarta menunjukkan bagaimana sinergi lokal dan nasional bisa menjadi model bagi daerah lain. “Kami bangga Yogyakarta menjadi yang pertama dalam mendukung gerakan ini,” ujar Nita.
Dampak Global dan Lokal
Tak hanya di dalam negeri, NFA juga aktif di kancah internasional. Dalam pertemuan United Nation Food System Summit (UNFSS)+2 di Roma, NFA menegaskan komitmennya dalam mengurangi limbah pangan, sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs). “Ini adalah tantangan global, dan kita harus ambil peran aktif di dalamnya,” kata Arief.
Tantangan bagi Generasi Muda
Dekan FK-KMK UGM, Yodi Mahendradhata, menggarisbawahi peran mahasiswa dalam menjaga keseimbangan antara kesehatan, lingkungan, dan ketersediaan pangan. “Dengan menjadi agen perubahan, mahasiswa tidak hanya membantu mengurangi limbah makanan tetapi juga menjaga kelangsungan hidup generasi mendatang,” ujarnya.
Perubahan Dimulai dari Piring Anda
Kampanye ini menegaskan bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Dari pola konsumsi harian hingga aksi kolektif di tingkat komunitas, mahasiswa diajak untuk menjadi pionir dalam memerangi boros pangan. “Setiap langkah kecil menuju pengurangan food waste adalah kontribusi besar bagi masa depan Indonesia,” tutup Arief.
Kampanye “Stop Boros Pangan” bukan sekadar program, melainkan panggilan untuk aksi nyata. Generasi muda diundang untuk mengambil peran mereka dalam perjuangan ini, demi masa depan tanpa kelaparan dan dengan pangan yang cukup untuk semua.
Reporter: Shanty Rd