Analisnews.co.id
Jakarta – Calon gubernur DKI Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil dicap sebagai orang yang angkuh dan sombong. Penilaian itu disampaikan oleh seorang guru honorer di Cirebon Jawa Barat bernama Muhammad Sabil Fadilah, yang dipecat lantaran komentarnya kepada Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil pada Rabu (15/3/2023) tahun lalu. Dia menyebut, dirinya hanya ingin mengingatkan Ridwan Kamil, yang sedang berhadapan dengan siswa-siswi. Namun di sisi lain sedang berada di momen suasana politik.
Sabil mendapatkan surat pemecatan dari yayasan sekolah hanya beberapa jam setelah ia menulis komentar di media social. Sabil berkisah bahwa surat itu dia dapatkan hari ini, dengan tertanggal Senin (14/3/2023). “Sekitar jam 9 saya tulis komentar, jam 10.00 WIB ramai, dan beberapa jam kemudian saya ditelpon sekolah. Hari ini saya mendapatkan surat pemecatan itu,” ungkap Sabil sambil menunjukkan surat berkop Yayasan Miftah Ulum, bertuliskan: “Surat Keputusan Ketua Yayasan Miftahul Ulum Nomor : 422/025/YMU-SK/III/2023 tentang Pengakhiran Hubungan Kerja”.
Menurut Sabil, ada 3 pertimbangan ia dipecat yakni melanggar kode etik, melanggar tata tertib yayasan, dan UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam surat tersebut dituliskan, per 14 Maret 2023, SMK Telkom Sekar Kemuning Kota Cirebon mengakhiri kerja sama yang bersangkutan sebagai guru tidak tetap dan tutor ekstrakurikuler content creator.
Diketahui, sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku sudah menelepon sekolah tempat Sabil bekerja. Ia meminta sekolah untuk tidak memecat Sabil. Disdik Jabar pun menegaskan tidak ada permintaan pemecatan dari Ridwan Kamil.
Perihal kesombongan Ridwan Kamil juga pernah muncul sebelum ia jadi gubernur, dalam survei Indo Barometer tahun 2017 yang dipaparkan dalam acara ‘Peta dan Profil Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar 2018’ di Hotel Aston Braga, Jalan Braga, Kota Bandung.
Survei memang masih menempatkan Ridwan Kamil di posisi teratas dalam pemilihan gubernur Jawa Barat, namun posisi ini bukan strong supporter, sebab masih rentan dan ngeblok di perkotaan. Di wilayah pedesaan Ridwan Kamil belum dikenal dan dipandang tidak merakyat.
Survei itu menunjukkan adanya opini negatif, ada ketidaksukaan terhadap RIdwan Kamil. Dia dinilai kurang paham politik 12,5 persen, dan yang tertinggi dipandang sombong dengan persentase 37,5 persen.
Senada dengan temuan Indo Barometer, Jaringan Pemilih Jabar juga menemukan sosok RK tidak sekuat yang diberitakan media massa. Koordinator JPJ Asep Romli mengatakan, lembaganya melakukan diskusi kelompok terfokus atau biasa disebut FGD (focused group discussion) di beberapa wilayah di Jawa Barat. Hasilnya, ditemukan bahwa Ridwan Kamil dipandang tidak cocok memimpin Jawa Barat yang mayoritas rakyatnya tinggal perkampungan dan pedesaan.
FGD itu digelar di wilayah Bogor, Karawang, Bandung, Cirebon dan di Ciamis, hasilnya mengemuka pandangan bahwa RK lebih cocok jadi gubernur di Jakarta atau jadi walikota Bandung lagi. Itu karena kemampuannya dipandang spesifik perkotaan.
“Orang desa enggak suka sama RK. Gaya bicara dan bahasanya terlalu tinggi, tidak mudah dipahami. RK dianggap sombong, sok pinter, sepertinya sopan tapi arogan,†ujar Asep dalam paparan hasil FGD di Cirebon, (Selasa, 7/12).
Dalam Pilkada DKI, keangkuhan tidak hanya ditunjukkan oleh calon gubernur Ridwan Kamil, tetapi juga oleh salah satu partai pengusungnya, PKS.
Sejak Suswono bikin blunder soal janda kaya nikahi pemuda kere dan menyeret nama Nabi Muhammad SAW, membuat parpol pendukungnya pusing. Di Golkar, blunder Suswono membuat kesal anggota koalisi.
“Kami di koalisi (KIM Plus) kesal dengan Suswono. Dan PKS terlalu arogan,” tegas sumber di Golkar yang namanya enggan disebutkan, Rabu (30/10).
Politisi senior ini mengatakan, kerja keras Golkar ke bawah terkikis gara-gara ucapan Suswono yang nyeleneh. “Dan PKS terlalu pede dengan suara saat Pileg menang di Jakarta. Pileg dan Pilkada kan beda apalagi pendukung Anies gak mau ke RIDO,” ucapnya.
Klaim PKS kalau pendukung Anies saat Pilpres di Jakarta mendukung RK-Suswono beda jauh dari fakta lapangan. “Banyak rumah warga yang mau kita tempeli stiker RIDO menolak. Kata warga, PKS tipu Anies,” bebernya.
Diketahui beberapa ormas Islam sudah melaporkan Suswono ke polisi karena dituduh telah menistakan agama. Dan Suswono sudah meminta maaf lewat video yang disebar oleh tim suksesnya. Namun permintaan maaf tak menyurutkan warga untuk tetap proses hukum.
Sementara Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menilai mesin politik Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus tidak efektif dalam mendukung pasangan Ridwan Kamil (RK) dan Suswono di Pilgub DKI Jakarta 2024.
Direktur Lingkaran Survei Kebijakan Publik LSI Denny JA Sunarto Ciptoharjono mengatakan hal itu terlihat dari elektabilitas yang hanya berjarak 0,3 persen dengan Pramono Anung-Rano Karno. Padahal, RK-Suswono didukung 15 partai politik.
“Karena mesin politik KIM Plus ini kurang efektif di Jakarta. Nah, ini terlihat dari hasil distribusi elektabilitas kandidat,” kata Sunarto dalam jumpa pers daring, Rabu (30/1).
LSI Denny JA mencatat 33,3 persen pemilih PKS justru memilih Pramono-Rano. Hanya 27,5 persen yang mendukung RK-Suswono.
Hal serupa juga terjadi di sejumlah partai KIM Plus lainnya. Sebagian besar pemilih partai-partai itu tidak memilih RK-Suswono yang diusung KIM Plus.
“KIM Plus, ini yang kelihatan solid adalah Partai Gerindra, PAN, PSI, Perindo, Gelora, Garuda. Ini yang terbaca di data kita. Sedangkan yang bergeser pemilihnya itu PKS, Golkar, PKB, Nasdem, Demokrat, dan PPP,” ujarnya.
Survei tersebut juga mengungkap sosok Ridwan Kamil dan Suswono yang kurang diterima suku Betawi, etnis lokal DKI Jakarta. Sebanyak 34 persen suku Betawi memilih RK-Suswono dan 41,8 persen memilih Pramono-Rano.
“Ini memang posisi Rano Karno atau Bang Doel ini cukup legendaris kalau di Betawi. Karena dia juga pemain sinetron Si Doel, ini masih tertancap di benak pemilih bahwa Si Doel ini tokoh legendaris Betawi,” ujar Sunarto.
Dalam survei ini, elektabilitas Ridwan Kamil-Suswono dapat 37,4 persen, sedangkan Pramono Anung-Rano Karno mendapat 37,1 persen. Dharma Pongrekun dan Kun Wardana memiliki elektabilitas 4 persen.
LSI Denny JA melakukan survei ini pada 16-22 Oktober 2024 dengan wawancara tatap muka. Jumlah responden 800 orang yang dipilih melalui metode multistage random sampling. Margin of error survei +/-3,5 persen.
Sadar bahwa dirinya bakal keok, Ridwan Kamil buru-buru menemui tokoh nasional penyokong dirinya. RK kemudian memamerkan momen saat dirinya makan malam bersama Presiden Prabowo di salah satu Restoran Padang di Jalan Sabang, Jakarta Pusat, pada Kamis (31/10/2024).
Terlihat dalam cuplikan video, Ridwan Kamil tampak mengenakan kaos putih yang dibalut jaket warna biru. Cagub nomor urut 1 itu juga terlihat menenteng map oranye yang tidak diketahui isinya. Sementara Prabowo tampak mengenakan kemeja warna biru muda. Keesokan harinya, Ridwan Kamil menemui Jokowi di Solo, Jawa Tengah.
Pengamat politik Abdul Halim meyakini, cara Ridwan Kamil lapor juragannya tak akan memulihkan elektabilitas pasangan RIDO (Ridwan-Suswono) ke posisi awal. “Publik tidak akan melupakan pelecehan Suswono terhadap Nabi Muhammad,” tegasnya.
Keangkuhan lagi-lagi ditunjukkan oleh Ridwan Kamil dalam momen debat Pilkada DKI Jakarta. Calon Gubernur Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil atau Emil menyebutkan Jakarta merupakan kota paling stres kesembilan di dunia. Pernyataan ini disampaikan Kang Emil dalam penyampaian visi dan misi, saat debat kedua Pilkada Jakarta 2024. “Jakarta sebagai kota stres nomor 9, kita atasi stresnya. Jika butuh curhat ada aplikasi maupun mobil curhat jika dibutuhkan,” kata Emil, dalam debat di Ecovention, Ancol, Jakarta Utara, DKI Jakarta, Minggu (27/10/2024).
Bagaimana faktanya? The Least and Most Stressful Cities Index 2021 memang mencatatkan Indonesia sebagai kota kesembilan dengan tingkat stres tertinggi di dunia. Survei tersebut menganalisis 100 kota di dunia melalui empat kategori, yakni pemerintahan, kota, keuangan, dan kesehatan masyarakat. Kota paling stres yakni Mumbai, India; Lagos, Nigeria; Manila, Filipina; dan New Delhi, India. Mengawal Astacita Pariwisata Artikel Kompas.id Jakarta di posisi kesembilan memiliki skor 41,8 dari skala 0-100. Skor tersebut diukur berdasarkan tingkat keselamatan dan keamanan yang hanya mencapai 46,7 poin. Kemudian, kestabilan sosial dan politik dengan skor 44,7 poin. Kesetaraan gender dan minoritas di Jakarta masing-masing memiliki skor 59,8 poin dan 34 poin. (sar).