Home / TERKINI / Al-Zaytun Memasuki Tahun Ajaran Baru 2025-2026: Kedisiplinan Holistik dan Inovasi Partisipatif

Al-Zaytun Memasuki Tahun Ajaran Baru 2025-2026: Kedisiplinan Holistik dan Inovasi Partisipatif

INDRAMAYU – Seperti tradisi yang telah berjalan di Ma’had Al-Zaytun, usai Salat Jumat, Syaykh Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang menyampaikan Dzikir Jumat di hadapan jemaah Masjid Rahmatan lil Alamin. Pada Jumat (04/07/2025), Syaykh Panji Gumilang menggarisbawahi pentingnya langkah cepat dan tegas dalam mengawali semester ganjil tahun ajaran baru bagi seluruh peserta didik Ma’had Al-Zaytun. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, proses pembelajaran bagi santri, baik lama maupun baru, akan dimulai tanpa jeda, langsung beradaptasi dengan kurikulum intensif yang telah disiapkan. Kebijakan ini menekankan pentingnya kedisiplinan waktu dan kesiapan penuh dari seluruh elemen Ma’had, baik bagi santri yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Zaytun maupun dari luar.

Disiplin Holistik: Dari Kelas Hingga Asrama

Dalam kesempatan tersebut, Syaykh Al-Zaytun menegaskan bahwa tidak ada ruang bagi kelonggaran dalam proses adaptasi ini. “Untuk memulai masuk Kelas 7 jangan ada jeda, tapi masuk ke kurikulum jangan ada alasan masih cuti. Awali untuk Kelas 7 dengan kesiapan penuh,” demikian arahan tegas yang disampaikan.
Disiplin ini tidak hanya berlaku di ruang kelas, tetapi juga meresap hingga ke lingkungan asrama. Pengawasan ketat terhadap berbagai aspek kehidupan santri menjadi prioritas utama, khususnya dalam pemenuhan gizi. Pimpinan Ma’had menekankan, “Pengawasan terhadap pelaksanaan makanan jangan lengah. Pelajar jangan lengah disiplin mendapatkan makan. Jangan sampai ada santri yang tidak dapat jatah sementara lainnya berlebihan.”
Arahan ini disertai penekanan pada pentingnya penunjukan pengawas khusus yang memastikan setiap santri menerima porsi makan yang sama dan cukup, mencakup karbohidrat, protein, buah-buahan, dan sayuran. Mengingat tingginya aktivitas fisik santri, kecukupan gizi menjadi faktor vital agar tidak ada peserta didik yang kekurangan asupan nutrisi dan asuhan.

Standar Kelas Internasional dan Ekspansi Fasilitas

Al-Zaytun kembali menegaskan komitmennya terhadap standar fasilitas internasional. Dengan ukuran kelas 8×12 meter persegi atau 96 meter persegi, Ma’had menetapkan maksimal 24 santri per kelas. Ini berarti setiap santri mendapatkan ruang belajar seluas 4 meter persegi, sebuah standar yang bahkan diakui dan menjadi acuan bagi daerah lain.
“Ukuran kelas kita sudah internasional. 96 meter persegi diisi maksimum 24 orang. Jika lebih, maka sebaiknya menambah kelas,” jelas pimpinan. “Ukuran kelas kita menjadi ukuran yang digunakan negara. Contoh Jawa Barat, ia memberi aturan kelasnya, tapi per anak 4 meter. Ini yang diprotes asosiasi sekolah swasta. Mestinya mereka tinggal mengatur jumlah penghuninya, tidak harus membuat kelas baru. Sebenarnya hal yang gampang.” Ujar Syaykh.
Al-Zaytun menegaskan bahwa prinsip 4 meter persegi per pelajar ini telah diterapkan sejak awal berdirinya Ma’had. Apabila terjadi kekurangan ruang, seluruh gedung yang tersedia akan dimanfaatkan secara optimal, dan jika masih kurang, pembangunan fasilitas baru akan menjadi prioritas.

Merintis LSTEAM dan Partisipasi Aktif Pelajar dalam Penyusunan Aturan

Inovasi pendidikan di Al-Zaytun juga terus bergulir dengan perlahan-lahan merealisasikan konsep LSTEAM (Law, Science, Technology, Engineering, Art, and Mathematic). Ini merupakan kerangka pendekatan pembelajaran yang mendorong pelajar untuk menyesuaikan diri dengan metode dan materi yang dirancang sendiri, namun tetap dalam kerangka kurikulum yang terstruktur. ” Implementasi kurikulum berbasis hukum, teknologi, rekayasa (engineering), seni, dan matematika ” demikian gambaran konsep ini.
Yang tak kalah menarik, dalam konteks penerapan Law, adalah perubahan signifikan dalam mekanisme penyusunan aturan di Ma’had. Selama ini, aturan disusun sepenuhnya oleh eksponen dan komponen sekolah untuk ditaati oleh pelajar. Namun, ke depan, Al-Zaytun akan mengadopsi pendekatan yang lebih partisipatif.
Seluruh angkatan pelajar, mulai dari Kelas 7 hingga 11, akan memiliki perwakilan untuk menetapkan aturan. Representasi ini akan diwujudkan melalui pembentukan Dewan Perwakilan Pelajar dan Majelis Permusyawaratan Pelajar. Tujuannya adalah agar pelajar tidak hanya menaati, tetapi juga mengetahui dan memahami sepenuhnya setiap aturan yang berlaku.
Langkah ini bahkan membuka kemungkinan untuk menetapkan Presiden Pelajar, dengan mekanisme pemilihan yang akan ditentukan kemudian, apakah melalui pemilihan langsung oleh seluruh pelajar atau melalui perwakilan. Draf untuk pelaksanaan inisiatif penting ini akan disusun oleh Majelis Guru dan Majelis Asrama, kemudian didiskusikan lenih lanjut dengan Syaykh. Draf aturan ininkemudian dimusyawarahkan dan ditrtapkan dalam forum pelajar.
Ini adalah era baru di Ma’had Al-Zaytun, di mana disiplin, kualitas fasilitas, inovasi pendidikan, dan partisipasi pelajar bersatu padu untuk menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan memberdayakan. Bagaimana Ma’had Al-Zaytun akan mengimplementasikan seluruh rencana inovatif ini dalam praktik sehari-hari, dan apa dampaknya terhadap kualitas pendidikan yang diberikan? Ini menjadi yang terus menjadi mudzakarah para pengabdi pendidikan di Al Zaytun. Sebagaimana tagline yang selalu dikumandangkan”Mendidikdan membangun semata mata untuk beribadah kepada Allah SWT. (Ali Aminulloh)

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *