Pangkalpinang 12 Januari 2025 Los Angeles sebuah kota impian dan gemerlap yang dikenal sebagai kota terkaya ketiga didunia dan kota paling kuat dan berpengaruh kelima didunia dalam sekejap berubah menjadi neraka yang mengerikan.
Sang jago merah menari dengan liar menjilat gedung-gedung mencakar langit serta rumah-rumah mewah dengan sangat brutal neraka dunia yang mengamuk dn melahap segala yang dilaluinya meninggalkan jejak kehancuran yang mencekam
Langit yang menghitam dipenuhi oleh pesawat dan helikopter yang menjatuhkan penghambat dan air kebukit-bukit yang terbakar seperti pertempuran udara melawan monster api.
Pada hari rabu 8 Januari 2025 api yang mengganas dan mengamuk Dikalabasas dan Hydenthils barat laut Los Angeles melahap rakus lebih dari 50 hektare tanah dalam sekejap namun itu hanyalah awal dari mimpi buruk yang sesungguhnya.
Kalabasas dan Hydenthils awalnya hanya terbakar 50 hektare kini dilalap api seluas 960 hektare
Angin kencang yang bertiup hingga 60 mil per jam menyebarkan api dengan kecepatan yang mengerikan
para pemadam kebakaran dengan kekuatan yang tersisa harus berusaha Mati-matian mengatasi sejumlah titik api yg sangat besar
Api yang bermula dari Pasifik balises itu merayap bagai ular menjalar kearah barat menuju Malibu sepanjang Pasifik Coskhakwy.
Jalur yang biasanya indah tersebut dalam sekejap berubah menjadi jalan menuju neraka
Api ini memaksa evakuasi besar- besaran lebih dari 180 ribu jiwa pada Kamis pagi mereka dipaksa meninggalkan rumah,harta benda serta kenangan mereka.
Sebelumnya pada hari selasa sang iblis merah telah lebih dulu melahap habis wilayah iten membakar lebih dari 5000 bangunan dan mengubahnya menjadi abu kemudian disebelah barat di Pasifik palisade api menjalar ke pemukiman melahap 5300 bangunan lagi menyisakan puing-puing dan kesedihan
Para pemadam kebakaran bagai prajurit yang berperang melawan monster berusaha Mati-matian memadamkan kobaran api
Namun celakanya cuaca buruk dan perubahan iklim ekstrim brutal membuat api semakin mengganas menyapu apapun yang ada dihadapannya.
Kini hampir seluruh wilayah Los Angeles Raya dilanda amukan api tidak terkendali untuk hari ketiga kota ini diselimuti asap tebal dan kepanikan sedikitnya puluhan orang telah dinyatakan tewas terpanggang hidup-hidup dalam neraka dunia dikota Los Angeles
Dan sayangnya ini hanyalah permulaan.
Sherif LA ROBET LUNA dengan suara bergetar memperkirakan bahwa jumlah korban tewas akan terus bertambah seperti tumbal untuk api yang kelaparan.
Kebakaran palisade dan Iten dan monster api yang mengerikan mencatat sebagai kebakaran paling merusak dalam sejarah Los Angeles
Mereka telah melahap hampir 28 ribu hektare tanah merubah lingkungan yang dulu hijau menjadi lautan abu serta arang ribuan bangunan telah hancur menjadi saksi bisu keganasan api dan hampir 180 ribu orang dipaksa mengungsi sementara 200 ribu lainnya hidup dalam bayang-bayang ketakutan menunggu giliran mereka untuk dievakuasi
Para peneliti bahkan berani mengatakan bahwa ini telah kebakaran paling merugikan dalam sejarah Amerika Serikat
Dengan kerugian mencapai 150 milyar dollar AS angka ini menghancurkan rekor kerugian 30 milyar dollar AS yang disebabkan oleh kebakaran di California dan kebakaran lainnya pada tahun 2018 silam.
Di Pasifik palisade kawasan mewah tempat selebriti bermukim pemandangan mengerikan terbentang dengan luas rumah-rumah mega yang dulunya berdiri dengan kokoh dan seolah tanpa cela kini hanya tinggal puing-puing hangus yang berserakan
Kabal listrik yang terputus berserakan di jalanan diantara mobil-mobil yang ditinggalkan oleh pemiliknya terbakar dan meleleh
Aroma asap tebal yang nusuk hidung dan mencekik setiap napas penduduk yang memakai masker berkeliaran seperti hantu dikota mati menatap nanar Sisa-sisa rumah mereka yang telah hancur lebur.
Angin kencang telah menyebarkan api ditanah yang kering kerontang tanpa setetes pun hujan selama berbulan-bulan
Sejak beberapa hari yang lalu api telah mengamuk tanpa henti membakar lebih dari puluhan kilometer persegi kota Los Angeles taman bersejarah negara bagian Birorojer dan samid yang dulunya tempat wisata yang indah kini hanya tinggal puing-puing yang menghitam.
Walikota Los Angeles CAREN BASE dengan waja tegang dan suara bergetar menyatakan dalam konfrensi pers bawah bencana terburuk belumlah berakhir.
Dia memohon kepada semua orang untuk tetap waspada karena maut masih mengintai dibalik asap dan api citra satelit menunjukkan kengerian yang tidak terbayangkan Pasifik palisade yang dulunya dipenuhi rumah-rumah mewah kini hanya berupa lautan puing. Pasifik hakwy dekat Malibu yang biasanya ramai kini telah kosong tertutup oleh abu tebal seperti jalan menuju neraka.
Holywoodhill tempat berdirinya lambang Ikonik Wolywood juga tidak luput dari amukan api
Conyon Cenyen dan sekitarnya yang dulunya hijau kini berubah menjadi abu Jalan-jalan Dimaratonrood dulunya tempat orang-orang berolahraga kini dipenuhi dengan puing-puing sementara itu woolofem siambol industri hiburan terancam oleh api yang terus mendekat.
Itenfyer salah satu yang paling memastikan telah membakar sekitar 4200 hektare disini citarasatelit menunjukan kehancuran yang mengerikan lebih dari 100 ribu orang kehilangan tempat tinggal infrastruktur telah hancur listrik padam meninggalkan ribuan rumah dalam kegelapan selama berhari-hari
Kota ini yang dulunya merupakan simbol kemewahan dan kemajuan kini terluka sangat parah api telah merenggut segalanya mulai dari kehidupan harta benda serta harapan.
Los Angeles sang kota malaikat telah kedalam neraka yang diciptakan darinya sendiri
Dan kini ribuan warga Los Angeles yang melarikan diri dari api mencari perlindungan ditempat penampungan sementara dengan Waja-waja yang dipenuhi ketakutan serta ketidakpastian.
Beberapa penduduk Pasifik palisade Memberanikan diri kembali daerah yang telah hancur hanya untuk menemukan cerobong-cerobong asap yang berdiri dengan tegak diatas puing-puing yang telah hangus dan kendaraan yang terbakar mereka adalah saksi bisu dari kiamat mini yang telah melanda kota Los Angeles sebuah kota yang kini berduka diliputi asap abu serta keputusan.Analisnews.co.id
Penulis:M.Jhon kanedy
Editor:M.Jhon kanedy
