Example 728x250
Terkini

PENDIDIKAN POLITIK Idealnya Memberikan Pemahaman Politik,Bukan Paparan Tupoksi Nara Sumber

6
×

PENDIDIKAN POLITIK Idealnya Memberikan Pemahaman Politik,Bukan Paparan Tupoksi Nara Sumber

Sebarkan artikel ini

WhatsApp Image 2024 07 30 at 08.39.04 d75ae82e

Cimahi, Selasa (30/07/2024)

Pengetahuan politik sangatlah dibutuhkan oleh setiap warga negara karena disekitar  kita hidup semuanya hasil dari keputusan politik.

Beras mahal, listrik mahal, upah Kecil, kesempatan bekerja tidak ada, itu semua buah dari Keputusan Politik. Saya tidak berpilitik itu sebuah pernyataan salah dengan sikap apriori  tidak akan bisa mengubah hidup kita kearah yang lebih baik, mesjid/gereja/ kuil jangan dijadikan ajang politik, itupun pernyataan yang salah, itu warisan Kolonial karena tempat ibadah tersebut tempatnya orang ngumpul dan kaum kolonial merasa terancam jika diskusi politik atau musyawarah dilakukan di tempat tersebut, karena penjajah anti demokrasi.

 

Problem utama demokrasi di Indonesia pasca 1998 atau sejak era reformasi adalah budaya politik. Budaya politik di Indonesia belum terbangun dengan baik pada setiap pemilu atau pilkada telah berlangsung sebelumnya. Gabriel Almond mengemukakan bahwa budaya politik dapat diartikan sebagai pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh para anggotanya sebagai sistem politik dan Menurut Larry Diamond yang menjelaskan bahwa budaya politik adalah seperangkat keyakinan, sikap, nilai, ide-ide, sentimen, dan evaluasi suatu masyarakat tentang sistem politik negeri mereka dan peran masing-masing individu dalam sistem.

 

Sistem budaya politik di Indonesia belum terbangun dengan baik pasca orde baru atau saat masa reformasi, dikarenakan proses peralihan nya pun tidak berjalan dengan proses demokratis sehingga waktu memasuki pada masa reformasi minus budaya politik demokratis akhirnya sulit membangun demokrasi yang baik pada saat ini.

 

Contohnya: Banyaknya konflik dalam pemilu dan pilkada antara lain karena persoalan budaya politik, misalnya hanya siap menang tetapi tidak siap kalah. Karena faktanya sering kali dapat dilihat pada peserta yang kalah pemilu tidak hanya mengakui kemenangan lawanya, para pendukung paslon tersebut melakukan aksi massa dan terjadi bentrok padahal mekanismenya sudah ada melalui jalur hukum, dapat kita simpulkan hal ini terjadi karena budaya politik yang belum demokrastis.

 

Dengan adanya pesta demokrasi di Indonesia pada tahun 2024 disertai dengan penerapan yang tepat dari nilai-nilai budaya politik, harusnya pemimpin-pemimpin yang lahir dari pemilu dan pilkada 2024 merupakan orang-orang  yang  berkualitas dan berkapabilitas, maka dari itu perlu berbagai pihak ikut andil dalam membangun etika dan budaya Politik untuk membangun budaya politik dalam berdemokrasi di Indonesia dengan fokus menekan pemahaman.

 

Pemilihan umum merupakan bentuk pelaksanaan langsung dari demokrasi dengan sarana untuk mewujudkan asas kedaulatan di tangan rakyat sehingga pada akhirnya akan tercipta suatu hasil hubungan kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.

 

Masyarakat harus mampu bersikap aktif dan kritis terhadap politik lokal dengan mengatur konflik kepentingan dari tataran masyarakat ke lembaga pewakilan untuk diselesaikan secara damai dan adil sehingga tidak menibulkan konflik berkelanjutan akibat pemilu supaya kesatuan masyarakat tetap terjamin serta mengikuti mekanisme jalur hukum yang sudah di atur dalam peraturan pemerintahan.

 

Partai politik dan beberapa elemen yang lainya diharapkan bisa hadir untuk memberikan pendidikan politik, termasuk dapat mengambil peluang turut menjadi penyelenggara pemilu. Demokrasi memberikan ruang dalam heterogenitas  Cimahi, menjamin terjaganya pluralisme dan toleransi dalam perbedaan dan memperkokoh integrasi Lokal Cimahi.

 

Lebih lanjut Deddy menjelaskan, sikap jujur Aparatur Pemerintahan  yang terlibat di dalam proses pemilu/pilkada, dapat dimaknai memiliki integritas moral di dalam melaksanakan setiap proses dan tahapan pemilu/pilkada, serta melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sedangkan adil bagi aparatur negara yang terlibat di dalam proses pemilu/pilkada, dapat dimaknai bersikap fair dan equal treatment terhadap semua kontestan atau peserta pemilu/pilkada tanpa terkecuali.

 

Pilar pertama, integritas. Basis dari integritas adalah karakter dan perilaku etis. Ia bermain pada aspek moral dan sifatnya personal. Tokoh (politik) yang memiliki integritas tinggi tak lain Mohammad Hatta. Satunya pikiran, perkataan dan perbuatan menjadi ciri khas Bung Hatta. Ia ketat memegang komitmen dan konsisten menjalankan prinsip-prinsip kebenaran universal. Hidupnya yang bersahaja ditambah dengan keberanian untuk memikul tanggung jawab menjadikan Bung Hatta sosok paripurna dalam memegang integritas.

 

Pilar kedua, kapabilitas. Dalam ranah manajemen, kapabilitas merupakan gabungan dari motivasi, pengetahuan dan ketrampilan. Orang yang memiliki kapabilitas berarti orang paham dan ahli akan bidang pekerjaannya.

 

Tokoh yang layak disebut memiliki kapabilitas tinggi yakni Frans Seda. Ketika Bung Karno menjadi presiden, Frans Seda muda diangkat menjadi menteri. Bung Karno lengser dan Soeharto naik tahta yang kemudian meminggirkan orang-orang yang berbau Soekarno, tetap saja Frans Seda diangkat sebagai menteri. Sampai usia sepuh dan ketika Megawati menjadi presiden, pemikiran Frans Seda tetap dipakai sebagai penasihat ekonomi. Kapabilitas Seda tidak dipertanyakan karena ukuran untuk menilainya jelas: kualitas dan produktivitas pekerjaannya.

 

Pilar ketiga, otoritas. Sesuai dengan namanya, otoritas merupakan wewenang jabatan dengan basisnya legalitas formal. Tujuan otoritas adalah untuk menggerakkan organisasi. Didalamnya juga termasuk alat untuk menegakkan disiplin dan peraturan. Bicara tentang otoritas, tokoh yang layak disebut adalah Ali Sadikin. Ditangan Ali Sadikan, otoritas menjadi perkakas efektif untuk membangun Jakarta. Ia tegas, tegar dan tegak dalam menerapkan peraturan. Jakarta yang dulunya sebuah “kampung” besar berubah menjadi metropolitan dengan berbagai modernitasnya.

 

Pilar keempat, karitas. Inilah yang sekarang menjadi mantra populer yaitu  pemimpin adalah pelayan. Ia memiliki sifat rendah hati dan respek kepada orang lain. Jabatan adalah amanah dan karena itu amanah harus dipertanggungjawabkan kepada konstituennya dengan cara melayani sepenuh hati untuk mereka. Menjadi tepat apabila Sri Sultan Hamengkubuwono IX menjadi contoh pemimpin pelayan. Sejak republik masih bayi, Sultan HB IX sudah mewakafkan dirinya untuk melayani republik. Empat pilar kepemimpinan ini sifatnya universal, bukan milik ilmu manajemen saja. Ia bisa diterapkan pada ranah apapun juga, termasuk  politik. Kepala daerah Tahun 2024 di Kota Cimahi  ini ada pemilu serentak pada berbagai daerah untuk memilih Gubernur dan Walikota (Bupati). Cairnya koalisi partai politik dalam mengusung calon kepala daerah menjadikan sosok jauh lebih penting ketimbang partai politik pengusung calon.

 

Memilih kepala daerah dengan demikian lebih pada persoalan sosok (personal) dari pada partai politik pengusung. Empat pilar di atas relevan menjadi tolok ukur dalam memilih kepala daerah yang mumpuni.  Jika ada dua, tiga, empat atau lebih calon yang memperebutkan kursi kepala daerah, kajilah mereka dengan empat pilar itu. Berilah nilai 1 sampai 5 untuk masing-masing pilar. NIlai 1 buruk, 2 sedang, 3 cukup, 4 baik, dan 5 istimewa. Calon kepala daerah yang paling layak dipilih adalah dia yang mendapat nilai tertinggi. Selamat memilih kepala daerah yang terbaik di Kota Cimahi.

 

Deddy Supriadi

Ketua Umum DPP COBRA

Disclaimer : AnalisNews adalah Media Jurnalis Warga pertama di Indonesia yang menyediakan ruang bagi jurnalis warga untuk mempublikasi berita, maka semua jurnalis warga wajib mengikuti kaidah Kode Etik Jurnalistik dan Pedoman Media Siber tanpa terkecuali, berita kasus wajib berimbang tanpa terkecuali, dilarang melakukan pemerasan dan dilarang berbuat kriminal ,apapun, username/ nama pengguna sesuai nama di KTP, jurnalis warga bertanggung jawab atas berita yang dibuatnya.