Analisnews.co.id, JAKARTA – Ramadan seharusnya menjadi bulan penuh kesederhanaan, namun kenyataannya konsumsi pangan justru meningkat, dan tak jarang berakhir sia-sia.
Menyadari hal ini, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) mengajak masyarakat lebih bijak dalam mengelola konsumsi melalui Gerakan Selamatkan Pangan.
Dalam acara kick-off “Teh Celup Sosro Hidupkan Ramadanmu” yang diadakan oleh Foodbank of Indonesia (FOI) di Jakarta, Kamis (13/3), Direktur Pengendalian Kerawanan Pangan NFA, Sri Nuryanti, menyoroti besarnya pemborosan pangan yang masih terjadi.
Direktur Pengendalian Kerawanan Pangan NFA, Sri Nuryanti, menyoroti besarnya pemborosan pangan yang masih terjadi.(Photo, Dok: Humas NFA)
“Ramadan adalah momen menahan diri, tapi justru di bulan ini konsumsi pangan melonjak dan sering kali berujung pada kemubaziran. Padahal, makanan yang terbuang bisa memberi manfaat besar bagi jutaan orang yang masih mengalami defisit gizi,” ungkapnya.
Fakta menunjukkan, pemborosan pangan di Indonesia berkontribusi pada kehilangan energi hingga 989 kkal per orang per hari—setara dengan kebutuhan energi 125 juta orang per tahun.
Selain itu, protein dan zat besi yang terbuang juga cukup untuk memenuhi kebutuhan jutaan masyarakat yang masih mengalami kekurangan gizi.
Untuk mengatasi hal ini, NFA terus menggencarkan Gerakan Selamatkan Pangan dengan menggandeng berbagai pihak. Salah satunya melalui kolaborasi dengan FOI dan Teh Celup Sosro yang menyalurkan 50.000 paket buka puasa ke 150 masjid di Jabodetabek, Jawa Barat, dan Jawa Tengah selama Ramadan.
“Kami sangat mengapresiasi FOI dan Teh Celup Sosro yang turut berperan dalam mengurangi pemborosan pangan dengan menyalurkan makanan kepada mereka yang membutuhkan,” tambah Sri Nuryanti.
Ketua Yayasan Lumbung Pangan, Widi Septaria, juga mengapresiasi upaya NFA dalam mendorong penyelamatan pangan. “Dukungan NFA sangat berarti dalam memastikan makanan yang berlebih bisa sampai kepada yang membutuhkan, bukan justru terbuang percuma,” katanya.
Gerakan Selamatkan Pangan bukan sekadar kampanye, tapi gerakan nyata yang membutuhkan peran serta seluruh masyarakat.
Dengan mulai dari hal sederhana—mengambil makanan secukupnya, membagikan kelebihan pangan, hingga mendukung inisiatif penyelamatan pangan—siapa pun bisa berkontribusi dalam mengurangi pemborosan dan memastikan pangan lebih merata.
Reporter: Shanty Rd