JAYAPURA, Analisnews.co.id – Pemerintah Provinsi Papua menegaskan pentingnya upaya pencegahan dan deteksi dini dalam memerangi penyebaran penyakit tuberkulosis (TBC). Penjabat Gubernur Papua, Ramses Limbong, menyoroti hal ini dalam peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia yang berlangsung di Jayapura pada Jumat (11/4/2025).
Dalam paparannya, Ramses mengungkapkan bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua secara global dalam jumlah kasus TBC, dengan Papua menyumbang lebih dari 11.000 kasus.
Tingginya angka ini menjadi dorongan bagi pemerintah daerah untuk mengambil langkah-langkah preventif melalui edukasi mengenai pola hidup bersih dan sehat.
“Masih banyak masyarakat yang tidur di lantai, ditambah dengan kebiasaan merokok serta pola hidup yang tidak sehat. Masyarakat perlu diberi pemahaman tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan, karena bakteri TBC sangat mudah berkembang di lingkungan yang lembab,” jelas Ramses.
Ia menambahkan bahwa pengobatan TBC memerlukan waktu yang cukup lama, minimal enam bulan, dan penyakit ini sangat menular.
Oleh karena itu, penting untuk segera menangani pasien yang terdiagnosis agar tidak menyebar ke orang lain.
“Pemerintah mengambil langkah konkret hingga tingkat distrik. Salah satu program yang dijalankan adalah Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) untuk mendeteksi TBC sejak dini,” katanya lebih lanjut.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan Papua, Arry Pongtiku, menyoroti capaian Papua yang masih berada di bawah target nasional dalam penanganan TBC.
Dari target capaian 70 persen temuan kasus yang ditetapkan Kementerian Kesehatan, Papua baru mampu mencapai sekitar 40 persen.
“Target kami adalah menemukan dan mengobati sebanyak mungkin pasien hingga sembuh. Jika dalam lima tahun bisa mencapai 70 persen, angka kasus TBC diperkirakan dapat turun hingga separuh,” ujar Arry.
Selain itu, Arry menekankan bahwa TBC di Papua memiliki keterkaitan yang signifikan dengan kasus HIV. Sekitar 30 persen penderita TBC di wilayah ini juga mengidap HIV akibat lemahnya sistem kekebalan tubuh.
“Meningkatnya jumlah kasus yang terdeteksi bukan hal yang negatif. Hal ini justru menunjukkan bahwa sistem kesehatan kita semakin mampu dalam mendeteksi dan menangani kasus-kasus tersebut,” tutupnya. (Cal)