Analis News.id.com–Jakarta 3/4/2025, Dalam pelaksanaan acara simposium di hadiri oleh para dosen, guru, mahasiswa, pelajar, serta wali santri Ma’had Al-Zaytun memenuhi Masjid Rahmatan Lil Alamin, acara ini mengusung tema besar “Membangun Ekosistem Pendidikan yang Tidak Terputus Menyongsong Indonesia Emas 2045” dengan tujuan merumuskan strategi dan kebijakan dalam membangun ekosistem pendidikan berkelanjutan serta merancang ekosistem pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masa depan bangsa di abad ke-21
Ketua Yayasan Pesantren Indonesia (YPI), Datuk Sir Imam Prawoto, KRSS., M.B.A., C.R.B.C., saat membuka acara akbar Simposium Hari Pendidikan Nasional (30/4).
Acara pembukaan dimulai pukul 08.30 WIB dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga stanza, dilanjutkan dengan seremoni resmi yang dibuka oleh Ketua Yayasan Pesantren Indonesia (YPI), Datuk Sir Imam Prawoto, KRSS., M.B.A., C.R.B.C., dan disambut secara khusus oleh Yang Amat Berhormat Syaykh Al-Zaytun, Syaykh Abdussalam Panji Gumilang, S.Sos., M.P.
Dalam sambutannya, Ketua Yayasan Pesantren Indonesia, Imam Prawoto, M.B.A., menekankan pentingnya simposium sebagai media pembekalan untuk menjadi insan yang PINTAR (Professional, Integritas, Networking Strengthening, Trust Maintenance, Achievement Motivation, Realistis) dan Cerdas (Competence, Empowering Commitment, Reliable, Dedication, Affect, Simultanous) sehingga memiliki kompetensi, pemberdayaan, dan komitmen yang kuat sampai kemudian dapat diandalkan berkat ilmu pengetahuan yang diserap dari maha guru atau soko guru (narasumber).
Kepada peserta simposium, Syaykh Al-Zaytun Panji Gumilang membuka acara dengan perasaan gembira dan menilai bahwa keikutsertaan 3.000 orang yang cinta pendidikan ini sekaligus menandakan bahwa jika penduduk Indonesia seperti ini, maka bayangan Indonesia Emas 2045 tidak mengerikan, tetapi membanggakan karena mampu menggerakkan perubahan sistem pendidikan menyongsong Indonesia Emas 2045.
“Dan dari titik yang kecil ini, yang dekat 3.000 orang ini, kita akan berbincang bersama profesor-profesor kita untuk ikut menyumbangkan pandangan-pandangan kepada yang mempunyai kebijakan untuk menetapkan suatu kebijakan pendidikan di Indonesia,” ujar Syaykh (30/4).
YAB. AS. Panji Gumilang, S.Sos., M.P ( Syaykh Al-Zaytun ) saat memberikan gagasan sistem pendidikan Indonesia terpusat di 500 titik pada pembukaan simposium Hari Pendidikan Nasional di Masjid Rahmatan Lil Alamin.
Peradaban
Syaykh mengingatkan bahwa jika bangsa Indonesia selalu saja mengurusi ekonomi secara terus-menerus maka peradaban akan hancur. Menurut Syaykh, ekonomi hanya mengatur apa yang dimakan dan dikeluarkan. Sebaliknya, pendidikan dapat mewujudkan peradaban, karena dari pendidikan mampu menciptakan Sains, teknologi, engineering, art, dan matematik (STEAM). Maka dari itu, pemegang kebijakan pendidikan harus berani membenahi pendidikan, walaupun butuh biaya yang besar, demi peradaban hitungannya menjadi kecil bagi Indonesia.
“Pendidikan, pendidikan, dan pendidikan mampu menciptakan sains, teknologi, engineering, art, dan matematik karena pendidikan. Maka pemegang kebijakan pendidikan harus berani menata Indonesia melalui pendidikan.”
Syaykh mencontohkan pendidikan yang dikelola militer output-nya bagus karena yang kedapatan tidak disiplin dan semena mena mendapat jeweran. Oleh karenanya, output masyarakat sipil bisa bagus jikalau mau menata pendidikannya.
Moral Pancasila
Selanjutnya, Syaykh mengajak untuk mengimani Pancasila bahkan mengakidahinya, karena peradaban Indonesia hanya akan tercapai dengan moral Pancasila, bukan dengan agama. Syaykh menegaskan bahwa kita sudah memiliki Pancasila, mental Pancasila, etika Pancasila, moral Pancasila, dengan ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial yang sangat luar biasa. Syaykh mengarahkan agar jangan pernah takut dan menyarankan agar pendidikan Indonesia jangan dikelompokkan kepada agama.
“Pancasila tempatnya untuk membangun peradaban Indonesia, jangan dipilah oleh agama,” jelas Syaykh.
Namun, bila Kementerian Agama mengatur pendidikan maka kalimatnya tergabung dan menjadi pendidikan agama, termasuk orang Islam mempelajari agamanya sendiri. Sedangkan peradaban Islam bukan diartikan dengan peradaban agama karena secara harfiah “A” adalah tidak dan “gama” adalah kacau.
Disesuaikan dengan tantangan zaman abad ke-21 dengan pengaruh teknologi yang kuat dan serba cepat, Syaykh menginginkan ke depan yang mengatur pendidikan diserahkan hanya kepada Kementerian Pendidikan, tidak lagi diserahkan kepada kementerian lainnya, untuk itu dalam acara akbar symposium ini Syaykh meminta para profesor yang hadir dalam simposium untuk menjabarkan STEAM yang menjadi dasar pendidikan abad ke-21.
“Alhamdulillah hari ini para ilmuwan datang, khususnya Bapak kita yang ahli matematik. Tolong jabarkan, Pak. Science, technology, engineering, art, and mathematic, itu dasar dari kurikulum abad ke-21,” kata Syaykh.
Pendidikan Terpusat 500 Titik
Selanjutnya, Syaykh memaparkan gagasan menata pendidikan dengan memusatkannya di 500 titik agar pendidikan Indonesia memiliki kesetaraan, dengan jumlah pelajar dari kelas 1 hingga 15 mencapai 60 juta dengan luas 3.000 hektare untuk satu titik dengan guru 10% atau 6 juta guru. Bila dikelola dengan mengelompokkan pendidikan orang kaya dan khusus orang miskin maka potret pendidikan di Indonesia menjadi antara miskin dan kaya. Seharusnya, mencerdaskan anak bangsa tidak dihitung miskin kaya.
Sebelum turun dari podium dan mengucapkan salam, Syaykh terlebih dahulu mengucapkan salam dengan ucapan “Salamun alaikum” dengan maksud agar peserta bisa mencarikan maksud dan makna dari ucapan tersebut papar syaykh dalam mengahiri pidatonya.
Pewarta_jali