Analisnews.co.id | Jakarta – Artis Dian Sastro di dunia hiburan bermula setelah dia menjadi juara cover girl majalah Gadis pada 1996. Sejak saat itu, Dian mendalami dunia model. Dia mulai terlibat di dunia akting tatkala menjadi model bagi video klip band ‘Sheila on 7’ pada 1999.
Setelah itu, dia turut terlibat klip video ‘The Fly’ serta ‘Kla Project.’ Pada 2000, anak tunggal pasangan almarhum Ariawan Rusdianto Sastrowardoyo, dan Dewi Parwati Setyorini ini mulai dapat tawaran bermain film indie berjudul ‘Bintang Jatuh’.
Pengalaman itu membuat Dian jatuh cinta pada dunia film. Aktingnya menuai pujian banyak pihak. Film indie pertamanya, Bintang Jatuh (2000), karya Rudi Sudjarwo, diedarkan di kampus-kampus, dan tidak ditayangkan di bioskop. Dian beradu akting dengan Marcella Zalianty, Garry Iskak, dan Indra Birowo.
Kini,sang aktris tengah bersiap siap mempersembahkan karya terbarunya yang berjudul “Kotak” dalam mega festival Indonesia Bertutur 2024. Film ini akan diputar pada Selasa, 13 Agustus mendatang di TONYRAKA Art Museum, Ubud, menyajikan sebuah refleksi mendalam tentang hubungan manusia dengan alam.
Menurut Dian Sastrowardoyo tema utama dari filmnya, yaitu bagaimana manusia modern sering kali terputus dari alam akibat gaya hidup perkotaan. “Kotak” menggambarkan dua tipe manusia yang memiliki hubungan berbeda dengan alam, dan mengeksplorasi bagaimana pengalaman masa kecil dan pola pengasuhan dapat memengaruhi kedekatan tersebut.
“Seringkali kita yang tinggal di kota besar merasa jauh dari alam, karena kita tidak terbiasa berinteraksi dengan lingkungan alamiah sejak kecil. Dalam film ini, saya mengangkat tema inner child dan bagaimana pengasuhan masa kecil membentuk hubungan kita dengan alam. Apakah kita sering diajak oleh orang tua kita untuk berinteraksi dengan alam bebas? Jika tidak, kemungkinan besar kita akan merasa asing dan tidak nyaman ketika harus bersentuhan dengan alam,” jelas Dian dalam relise persnya.
Lebih jauh Dian mengatakan, banyak dari kita yang tidak memiliki referensi bagaimana cara berinteraksi dengan alam karena orang tua kita juga tidak membiasakan hal tersebut.
“Segala sesuatu yang kita pelajari tentang kehidupan terbentuk sejak masa kecil. Jika kita ingin mengubah kebiasaan dan mendekatkan diri pada alam, kita perlu melakukan reprogramming terhadap diri kita sendiri. Kita perlu kembali ke masa kecil, memaafkan orang tua kita yang mungkin tidak mengenalkan kita pada alam, dan mulai belajar memperkenalkan diri kepada alam lagi,” tambahnya.
Film “Kotak” diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi penontonnya untuk merefleksikan hubungan mereka dengan alam dan bagaimana pengalaman masa kecil berperan dalam membentuk pola tersebut. Dengan pesan mendalam yang disampaikan melalui karya ini, Dian mengajak penonton untuk tidak hanya menikmati keindahan sinematografi tetapi juga merenungkan arti penting dari hubungan manusia dengan lingkungan sekitar.
Dalam kesempatan yang sama, Dian sebagai ikon Indonesia Bertutur 2024 juga mengungkapkan pandangannya tentang bagaimana perempuan dapat berkontribusi dalam pewarisan kemajuan kebudayaan. Baginya, perempuan memiliki peran penting sebagai pendidik, baik di ranah formal maupun informal, yang dapat memengaruhi generasi berikutnya dalam hal kesenian dan kebudayaan.
“Perempuan sering kali berperan sebagai pendidik dalam keluarga, mengajarkan berbagai aspek kehidupan kepada anak-anak dan cucu-cucu mereka. Dalam hal kebudayaan dan kesenian, kedekatan seorang ibu atau sosok perempuan dalam keluarga dengan budaya dan seni sangat memengaruhi sejauh mana anak-anak mereka merasa akrab dengan nilai-nilai tersebut,” ujar Dian***
Red: Dd/Yd
Foto IG@diansastro