JAKARTA | ANALISNEWS.CO.ID Manajemen Ancol diduga membuat kebijakan yang mengintervensi kemandirian koperasi milik para pedagang atau reseller yang juga merupakan binaan dari PT Ancol Jaya yang merangkul ratusan anggota.
Kebijakan tersebut menunggangi Program CSR dalam bentuk penyediaan gerobak kepada para pedagang asongan Ancol yang tergabung dalam Koperasi Sejahtera Makmur Mandiri ( SMM ) di mana pengelola Ancol memunculkan Marchendise.
Hal ini disampaikan koordinator Aksi Bela Pedagang Ancol, sekaligus pendiri Koperasi SMM serta Reseller, Suparno di sekitar Kantor Koperasinya di kawasan Taman Impian Jaya Ancol, Senin., 12/8/2024, bahwa dengan adanya Marchendise yang dibuat pengelola Ancol sangat merugikan para pedagang, apalagi dalam program tersebut terdapat program penyediaan fasilitas 1 gerobak buat 2 orang pedagang.
Selain itu pihak Koperasi, kata ketua koperasi SMM, Heri Wibowo, diharuskan menjadi supplier Maerchandise tersebut dan semua Reseller membeli barang dari Merchandiser sementara reseller sendiri adalah anggota koperasi SMM yang dibina pihak Ancol.
Sementara salah satu prinsip koperasi itu adalah kemandirian, sebagiamana dilansir koperasi.kulonprogokab.go.id.
Mandiri artinya suatu koperasi harus berdiri sendiri tanpa bergantung pada pihak lain yang didasarkan atas kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan, kemampuan, dan usaha sendiri. Dalam kemandirian terkandung pula pengertian kebebasan yang bertanggung jawab, otonomi, swadaya, berani mempertanggungjawabkan perbuatan sendiri, dan kehendak untuk mengelola diri sendiri.
“Koperasi punya hak dan wewenang untuk mengatur usahanya sendiri tanpa ada intervensi pihak luar apalagi intimidasi,” jelas Suparno.
Sehingga dengan adanya program tersebut, Suparno mewakili para pedagang menolak keras program tersebut, karena dianggap tidak manusiawi dan sangat merugikan para pedagang serta secara langsung akan mematikan Koperasi yang selama ini menjadi wadah para pedagang.
Penolakan Suparno ini didasari oleh beberapa alasan yaitu selain sudah mempunyai Koperasi, para pedagang juga merupakan pelaku UMKM Mandiri yang tidak bisa diintimidasi oleh lembaga atau perusahaan apapun.
Selain itu Suparno juga menjelaskan terkait adanya dugaan Intimidasi dan ancaman yang dilakukan oleh pihak pengelola Ancol, di mana para pedagang yang menolak bergabung dalam Marchendise gerobaknya diambil/ diamankan petugas dan diancam akan dikeluarkan dari lokasi .
“Tadi malam saat sepi, gerobak kami di ambil petugas, serelah ditanya, kata petugas boleh diambil gerobaknya tapi harus menjadi anggota Marchendise atau dikeluarkan dari lokasi dagang di ancol,” papar Suparno kepada wartawan, Senin, 12/08-2024.
Lanjut Suparno, ini bentuk Intimidasi dan ancaman yang dilakukan pengelola ancol kepada para pedagang, namun kami tidak akan mundur dalam hal kebenaran.
Suparno menduga program Marchendise yang dikemas dalam bentuk CSR ini kemungkinan ditunggangi oleh oknum, dimana sangat jelas bahasa yang disampaikan kepada pedagang dalam bentuk ancaman maupun Intimidasi.
BARANG SIAPA YANG MENOLAK PROGRAM ANCOL DAN MARCHENDISE AKAN DIPUTUSKAN USAHANYA ATAU TIDAK BOLEH LAGI BERDAGANG DI ANCOL, jelas sekali ini merupakan program tumpang tindih, keluhnya.
“Kasian pa kami orang kecil, tidak sekolah, tidak ngerti apa – apa, kami cuma taunya dagang, cari Nafkah buat hidupi keluarga, jadi kami mohon agar masalah ini bisa ditanggapi para pihak,” ungkap Suparno mewakili ratusan pedagang Ancol.
Saat dikonfirmasi pihak Ancol melalui pesan whatsapp, ditanggapi oleh Eko.Aryadi, mewakili pihak Ancol, bahwa
“Terkait dengan hal tersebut, Ancol tidak berniat untuk menghilangkan reseller dari dalam kawasan Ancol. Sebaliknya, Ancol malah berniat untuk menata mitra reseller agar menjadi lebih baik dengan cara memberikan tempat dan gerobak niaga secara gratis, seperti yang sudah dijalankan sebelumnya,” kata Corcom Ancol, Eko Aryadi, Senin,.12/8/2024.
Selain itu, imbuhnya, Ancol juga memberikan modal dagang dalam bentuk barang yang dari setiap penjualannya, mitra reseller dapat mengambil keuntungan 100%.
“Ancol mendukung kegiatan-kegiatan pemberdayaan sosial salah satunya adalah program mitra reseller atau pedagang yang memang sebelumnya sudah menjalankan aktivitas berniaga di dalam kawasan wisata Ancol. Dengan program ini, kami ingin menata agar menjadi lebih baik,” pungkasnya.
Namun terkait dugaan intimidasi dan ancaman tak ditanggapi oleh pihak Ancol.
Dijelaskan Heri, awal pemberitahuan bahwa ini ada kebijakan baru di Ancol berapa bulan yang lalulah kami diundang untuk untuk apa namanya, disosialisasi itu antaranya waktu itu bulan bulan puasa pertama kali,.yang kedua kali di taman kota,.itu semua teman-teman diundang tapi di situ belum ada kesepakatan Pak karena program mereka itu kan tadi bertentangan dengan apa yang kebiasaan teman-teman sehari-hari di lapangan.
“Nah terakhir mereka, mungkin memang sudah waktunya ini eh menentukan sikap bahwa ini harus dijalankan program ini harus dijalankan sampai terakhir nggak setuju karena programnya tetap seperti itu lagi bahkan sampai hari ini pun terjadi yang waktu itu ada namanya pak Harahap ada namanya bapak Itok Siregar,”ucapnya.
Jadi sebetulnya pak saya ini, ujar Heri, secara pribadi sudah dibilang enggak usah pusing lagi nanti urusannya Ancol ini karena Ancol yang udah menentukan sikap harus seperti ini gitu, tapi selama ini, Ancol enggak ada yang turun pak, yang turun tuh tim Rajawali, tim Rajawali itu adalah apa sih tim security keamanan yang dipakai Ancol termasuk sampai semalam itu gerobak dibawa. tetap harus, kalau nggak berarti kami dibuang nanti diambil yang mau (pedagang baru).
“Koperasi itu binaan Ancol juga maunya koperasi jadi supplier harus bisa jadi supplier mereka untuk nanti mereka yang mengelola kepada anggota koperasi maunya terbalik dengan harga yang mau dia nanti Jualnya ke anggota,” terang Heri.
Reseller ini,.sambung dia,.hanya setor modalnya doang gerobak disediakan barang disediakan tinggal tungguin nanti datang sore diambil modalnya keuntungannya nurni dia bilang untuk si penjual.
Adapun alasan.penolakan kebijakan tersebut, kata Heri,
“Di mana nggak masuk akal dong pak kita sudah bergerak sudah berjalan kok dengan koperasi berdiri sendiri, kenapa nanti (merchandise) jual (ke anak.buaha saya), kan anak buah saya juga anggota koperasi,” ujarnya heran.
“Langkah-langkah yang harus saya tempuh, nih misalnya kita lapor ke seputar tempat (wilayah), kayak kelurahan, ke walikota, kan kita juga kan menunggu jawaban dari mereka,” pungkasnya.
(tim/red).