Oleh: Dr. Asep Ajidin, S.Pd.I., S.H., M.H.**
Di antara salah satu wujud ketakwaan yang harus kita jaga adalah meninggalkan segala bentuk dosa, baik yang besar maupun yang kecil. Jangan pernah kita meremehkan dosa-dosa kecil, karena dosa kecil yang terus dilakukan bisa terkumpul dan menjadi dosa besar.
Oleh karena itu, marilah kita berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkan perbuatan dosa dan menjaga diri kita dari perbuatan maksiat. Kita harus menyadari bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui setiap perbuatan kita, sekecil apa pun itu.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 18:
اِنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ غَيْبَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Dalam menjalani kehidupan di dunia ini kita memang tidak bisa lepas dari namanya salah dan dosa. Hal ini karena Allah telah memberikan nafsu yang jika tidak dapat mengendalikannya, bisa membawa kita ke arah dosa, baik itu dosa kecil maupun dosa besar.
Tentu semua dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan, jangan hanya dibiarkan begitu saja. Semua dosa itu tidak boleh diulangi dan kita harus bertobat kepada Allah swt. Rasulullah saw bersabda:
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
Artinya: “Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertobat.” (HR. Tirmizi)
Bukan hanya dosa besar yang harus kita tinggalkan dalam kehidupan di dunia ini. Dosa kecil pun harus kita hindari dan tidak boleh untuk diremehkan sama sekali. Pasalnya, dosa-dosa kecil yang menumpuk akan mendatangkan dampak yang sangat buruk bagi kita dan secara pelan-pelan akan mengarahkan kita kepada sikap tidak bisa membedakan mana kebenaran dan mana keburukan.
Syekh Ibnul Muflih Al-Maqdisi dalam al-Adabusy Syar’iyah halaman 188 mengatakan:
إنَّ الْعَبْدَ إذَا أَذْنَبَ نُكِتَ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ ثُمَّ إذَا أَذْنَبَ نُكِتَ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ حَتَّى يَبْقَى أَسْوَدَ مُرْبَدًّا لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا
Artinya, “Sungguh apabila seorang hamba melakukan dosa, maka akan ditulis dalam hatinya sebuah titik hitam, kemudian jika melakukan dosa (kembali) maka akan ditulis dalam hatinya sebuah titik hitam, sampai (hatinya) tersisa menjadi hati hitam selamanya, ia tidak akan mengetahui kebenaran, ia juga tidak akan ingkar pada kemungkaran.”
Kondisi dosa kecil yang terus menumpuk ini juga bisa kita ibaratkan seperti kaca cermin bersih yang sedikit demi sedikit ternodai oleh percikan air kotor. Jika percikan air ini kita biarkan saja, maka lambat laun kaca yang awalnya bening dan bisa digunakan untuk melihat diri kita dengan jelas dan cerah, akan berubah menjadi buram dan gelap. Ketika kaca sudah buram, maka keaslian diri kita sebagai makhluk yang paling sempurna di muka bumi ini akan tertutup.
Begitu juga saat kita melakukan dosa-dosa kecil dan maksiat yang tidak segera kita tobati, maka akan menjadikan noda hitam dalam hati dan diri kita. Dosa tersebut akan sulit untuk dihapus dan jika didiamkan saja akan menjadikan hati kita gelap. Gelap pada kebenaran dan mudah menjud kepada kegelapan dan dosa-dosa.
Imam Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari menyebutkan dua dampak lahir atau terlihat dan batin atau tidak terlihat saat kita melakukan dosa-dosa. Dampak lahir bisa terlihat dari tindakan kita yang merusak kesepakatan dengan Allah seperti mudah meninggalkan kewajiban dan gampang melakukan larangan-Nya.
Sementara dampak batin bisa menjadikan hati kita keras, tidak bisa menerima nasihat-nasihat baik, hilangnya ketaatan, dan jiwa yang dikuasai oleh nafsu-nafsu setan. Dengan dosa-dosa ini kita juga akan mudah lupa pada akhirat yang menjadi tempat kita mempertanggungjawabkan perbuatan kita di dunia.
Mari kita tekadkan dalam diri kita untuk tidak melakukan tindakan maksiat dan dosa walaupun itu dosa-dosa kecil. Mari kita halau tindakan-tindakan buruk dengan kebaikan-kebaikan. Allah telah mengingatkan kita untuk menghapus dosa dan kesalahan dengan kebaikan-kebaikan. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 114:
وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ الَّيْلِۗ اِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّاٰتِۗ ذٰلِكَ ذِكْرٰى لِلذّٰكِرِيْنَ
Artinya, “Dirikanlah sholat pada kedua ujung hari (pagi dan petang) dan pada bagian-bagian malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik menghapus kesalahan-kesalahan. Itu adalah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).”
Rasulullah juga sudah menegaskan hal serupa dalam hadits riwayat Imam Tirmizi:
اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Artinya: “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada; iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu; dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.”
Semoga kita senantiasa dijaga oleh Allah dari tindakan-tindakan dosa dan semoga kita termasuk golongan orang-orang yang bersegera untuk tobat dari segala kesalahan dan kealpaan.
*Ditulis pada Jumat 23 Rabiul Awwal 1446 H/27 September 2024 di Makkatul Mukarramah
**Dosen STIH Putri Maharaja Payakumbuh dan Program Magister Manajemen Institut Teknologi dan Bisnis Haji Agus Salim (ITBHAS) Bukittinggi.