18 Tahun Mengabdi Tanpa Kepastian, Usep Budi dan 1.571 Honorer Garut Resmi Jadi P3K

Sebanyak 1.572 tenaga honorer dari berbagai instansi akhirnya diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K).
Momen tersebut tak hanya menjadi tonggak penting dalam perjalanan reformasi birokrasi di Kabupaten Garut, tapi juga menjadi penutup dari penantian panjang ribuan abdi negara non-ASN yang selama ini bekerja dalam ketidakpastian.
Salah satu sosok yang paling menyita perhatian adalah Usep Budi, seorang pegawai honorer di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Garut. Pria sederhana ini telah mengabdikan dirinya sejak tahun 2006, menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan kota dengan penuh ketulusan dan konsistensi, tanpa pernah mengeluh meski statusnya tak kunjung berubah.
“18 tahun bukan waktu yang singkat. Tapi saya selalu percaya, pengabdian tulus pasti akan menemukan jalannya,” ucap Usep dengan mata berkaca-kaca setelah menerima SK P3K yang diserahkan langsung oleh Penjabat (PJ) Bupati Garut, Syakur Amiin.
Dari Pegawai Honorer Menjadi P3K: Sebuah Penantian yang Terbayar
Pelantikan massal yang digelar di Alun-Alun Garut ini mencakup berbagai formasi, di antaranya tenaga pendidik (guru), tenaga kesehatan, serta tenaga teknis dari sejumlah dinas dan lembaga pelayanan publik di lingkungan Pemkab Garut.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah pusat dan daerah dalam memberikan kepastian hukum dan kesejahteraan bagi para tenaga honorer yang selama bertahun-tahun bekerja tanpa kejelasan nasib.
Menurut Syakur Amiin, pengangkatan ribuan honorer ini adalah bentuk pengakuan dan apresiasi negara atas pengabdian yang telah diberikan.
“Kita menyaksikan sendiri bagaimana mereka bertahan dalam ketidakpastian, tanpa menyerah. Hari ini, kita memberikan hak dan pengakuan yang seharusnya telah mereka dapatkan sejak lama. Tapi ini belum selesai. Masih banyak honorer lain yang perlu diperjuangkan,” ujarnya dalam sambutannya.
Syakur menambahkan bahwa pemerintah daerah akan terus mengawal dan mendorong proses pengangkatan bagi para honorer lainnya, terutama di bidang pendidikan dan kesehatan yang kekurangan tenaga profesional.
Kisah Usep, Potret Ketulusan yang Langka
Di tengah kerumunan seragam rapi dan wajah-wajah cerah, cerita Usep menjadi gambaran nyata tentang bagaimana keteguhan, kesabaran, dan kerja keras akhirnya berbuah manis. Dikenal oleh rekan-rekannya sebagai sosok disiplin, datang paling pagi dan bekerja tanpa pamrih, Usep telah menjadi inspirasi bagi lingkungan kerjanya.
“Kalau bicara tentang pengabdian, Usep adalah contoh paling nyata. Dia tak pernah mengeluh meski kadang tugasnya berat. Hari ini adalah kemenangan untuk kami semua, terutama untuknya,” ungkap salah satu rekannya di DLH.
Di balik senyumnya yang tenang, ada cerita panjang tentang perjuangan ekonomi, keluarga, dan semangat yang tak pernah padam. Usep mengatakan, selama ini ia hanya berpegang pada prinsip: bekerja dengan hati.
“Kadang saya merasa lelah, tapi saya percaya bahwa kerja keras tidak akan mengkhianati hasil. Alhamdulillah, akhirnya doa saya dan keluarga terjawab,” tuturnya.
Makna Reformasi Birokrasi yang Sesungguhnya
Momentum ini bukan hanya soal pengangkatan status, tapi juga tentang makna reformasi birokrasi yang sesungguhnya: menghadirkan keadilan, profesionalisme, dan penghargaan terhadap pengabdian. Dengan menjadi P3K, para pegawai ini kini memiliki hak-hak normatif seperti gaji tetap, tunjangan, hingga perlindungan sosial sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah.
Langkah ini sekaligus menjadi harapan baru dalam peningkatan kualitas pelayanan publik di Kabupaten Garut. Dengan tenaga kerja yang memiliki kepastian status dan hak, diharapkan muncul semangat baru dalam menjalankan tugas dan melayani masyarakat dengan lebih baik.
Penutup: Sebuah Pesan untuk Semua
Di akhir upacara pelantikan, Usep menyampaikan pesan singkat yang menyentuh banyak hati.
“Untuk teman-teman yang masih berjuang, tetap semangat. Jangan menyerah. Kerja dengan hati, karena pengabdian sejati akan selalu menemukan jalannya,” ujarnya.
Kisah Usep Budi dan ribuan honorer Garut hari ini adalah pengingat bahwa ketulusan tidak pernah sia-sia. Bahwa dalam kesunyian pengabdian, ada cahaya harapan yang suatu saat akan bersinar terang. (*)