TERKINI
Beranda / TERKINI / Menutup Suwung Membuka Kesadaran: Krisis Sampah Bali dan Tantangan Transisi Pengelolaan Berkelanjutan

Menutup Suwung Membuka Kesadaran: Krisis Sampah Bali dan Tantangan Transisi Pengelolaan Berkelanjutan

Menutup Suwung, Membuka Kesadaran: Krisis Sampah Bali dan Tantangan Transisi Pengelolaan Berkelanjutan

 

Analisnews.co.id – DENPASAR | Rencana penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung oleh Pemerintah Provinsi Bali merupakan langkah monumental sekaligus paradoksal.

Di satu sisi, TPA Suwung telah lama menjadi simbol kegagalan tata kelola sampah gunungan sampah yang mencemari udara, air, dan ruang hidup masyarakat.

Namun di sisi lain, penutupan TPA Suwung juga membuka pertanyaan besar: ke mana sampah Bali akan pergi setelah Suwung ditutup?

Sinergi TNI dan Kementerian Pertahanan Bangun Jembatan Gantung di Aceh

Masalah sampah di Bali bukan sekadar persoalan teknis pengangkutan dan pembuangan, melainkan problem struktural yang berkaitan dengan kebijakan, budaya konsumsi, kebiasaan masyarakat, hingga praktik adat dan upacara keagamaan yang secara tidak langsung menyumbang volume sampah signifikan.

Tanpa kesiapan sistemik, penutupan TPA Suwung berpotensi memindahkan krisis, bukan menyelesaikannya.
Sampah sebagai Masalah Sosial dan Lingkungan: Perspektif Teoretis
Dalam kajian sosiologi lingkungan, Ulrich Beck (1992) melalui konsep risk society menegaskan bahwa masyarakat modern justru menciptakan risiko baru melalui aktivitas kesehariannya, termasuk produksi sampah yang masif.

Sampah bukan lagi residu tak bernilai, melainkan ancaman ekologis yang sistemik.
Sementara itu, teori circular economy (Ellen MacArthur Foundation) memandang sampah sebagai kegagalan desain sistem produksi dan konsumsi.
Dalam ekonomi sirkular, tidak ada konsep “buang”, melainkan reduce, reuse, recycle sebagai satu kesatuan siklus.

Penutupan TPA Suwung idealnya menjadi pintu masuk transformasi menuju sistem ini, bukan sekadar pengalihan lokasi pembuangan.
Dari perspektif kebijakan publik, Edwards III menekankan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan oleh empat faktor utama: komunikasi, sumber daya, disposisi pelaksana, dan struktur birokrasi.

Dalam konteks pengelolaan sampah Bali, keempat faktor ini masih menghadapi hambatan serius, terutama pada aspek komunikasi dan kapasitas masyarakat.
Kebiasaan Masyarakat Bali dan Produksi Sampah Berbasis Budaya
Bali memiliki keunikan budaya yang tidak dapat dilepaskan dari pembahasan sampah. Upacara adat dan keagamaan yang rutin—seperti odalan, ngaben, dan berbagai yadnya—menghasilkan limbah organik dan non-organik dalam jumlah besar.

Ida Bagus Putu Madeg SH.,MH: Hari Bela Negara ke-77 Jadikan Pelecut Kasadaran Bela Negara

Ironisnya, banyak sarana upacara kini menggunakan plastik sekali pakai, styrofoam, dan bahan sintetis yang bertentangan dengan filosofi Tri Hita Karana.
Selain itu, sampah rumah tangga terus bertambah setiap hari tanpa pemilahan yang memadai. Pola “kumpul-angkut-buang” masih menjadi paradigma dominan. Kesadaran memilah sampah dari sumbernya masih rendah, bukan semata karena ketidakpedulian, tetapi juga karena minimnya pendampingan berkelanjutan dan contoh konkret dari negara.

Alternatif yang Ada, Namun Belum Dipahami
Pemerintah telah menawarkan berbagai solusi seperti:
Eco enzyme sebagai pengelolaan limbah organik rumah tangga,
Teba modern sebagai adaptasi sistem tradisional Bali,
Lubang biopori untuk pengolahan sampah organik dan konservasi air.

Sayangnya, program-program ini kerap berhenti pada tataran sosialisasi seremonial. Masyarakat tidak diberi pemahaman praktis yang kontekstual, apalagi pendampingan jangka panjang. Akibatnya, inovasi yang seharusnya menjadi solusi justru dianggap beban tambahan.
Kritik terhadap Kebijakan Pemerintah
Penutupan TPA Suwung tanpa kesiapan infrastruktur pengolahan di tingkat desa dan rumah tangga berisiko melahirkan krisis baru. Pemerintah terkesan menempatkan masyarakat sebagai objek kebijakan, bukan subjek perubahan. Regulasi seringkali bersifat top-down, sementara pengawasan dan insentif nyaris tidak berjalan.

Lebih jauh, kebijakan pengelolaan sampah masih terfragmentasi antara provinsi, kabupaten/kota, desa adat, dan desa dinas. Tanpa integrasi kelembagaan, penutupan TPA Suwung hanya akan memindahkan persoalan dari satu titik ke titik lain.
Strategi Penanggulangan Sampah Pasca-Penutupan TPA Suwung
Agar penutupan TPA Suwung tidak berujung pada kekacauan, diperlukan langkah strategis berikut:
Penguatan Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber. Pemilahan wajib di tingkat rumah tangga, banjar, dan desa adat dengan sistem sanksi dan insentif yang jelas.

Revitalisasi Peran Desa Adat. Awig-awig perlu diperkuat untuk mengatur pengelolaan sampah, selaras dengan nilai adat dan kearifan lokal.
Pendampingan Teknis Berkelanjutan. Bukan sekadar sosialisasi, tetapi pelatihan rutin dan pendampingan praktik eco enzyme, teba modern, dan biopori.
Pengembangan TPS3R dan Bank Sampah Terintegrasi. Setiap desa idealnya memiliki fasilitas pengolahan skala kecil-menengah sebagai pengganti fungsi TPA.

Polda Babel Gelar Rakor Lintas Sektoral Operasi Lilin Menumbing 2025, Pastikan Kesiapan Pengamanan Nataru

Edukasi Kritis dan Perubahan Perilaku/ Kampanye bahaya limbah sampah harus menyasar kesadaran ekologis, kesehatan, dan keberlanjutan generasi mendatang.

Penutup
Penutupan TPA Suwung seharusnya dimaknai bukan sebagai akhir, melainkan titik balik pengelolaan sampah Bali. Tanpa perubahan paradigma, kebijakan ini hanya akan menjadi simbol politik tanpa dampak nyata. Pemerintah dituntut hadir secara konsisten, sementara masyarakat Bali perlu kembali menafsirkan nilai adat dan spiritualitasnya dalam konteks ekologis masa kini.
Sampah bukan sekadar masalah teknis, melainkan cermin cara kita memperlakukan alam. Jika TPA Suwung ditutup tanpa kesadaran kolektif, maka yang terbuka justru krisis baru yang lebih luas dan kompleks.

Oleh DR.Anak Agung Sugiantiningsih S.IP.,M.AP., (Akademisi Universitas Warmadewa )

#penutupan TPA Suwung
#Tantangan Tansisi
#Sampah Masalah Sosial,
#Sampah residu ancaman ekologis sistemik

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *