Analisnews.co.id
Jakarta – Praktisi media Dar Edi Yoga memberikan apresiasi terhadap kunjungan Paus Fransiskus yang dianggapnya memberikan teladan yang mendalam bagi semua orang. Paus Fransiskus, yang merupakan pemimpin agama sekaligus kepala negara, tampil dalam kesederhanaan yang begitu kuat saat menyapa umatnya. “Beliau seorang pemimpin besar, namun sangat bersahaja dalam setiap tindakannya,” kata Dar Edi Yoga.
Dar Edi Yoga menyoroti bagaimana Paus Fransiskus menunjukkan sikap terbuka terhadap semua orang tanpa ada jarak antara dirinya dan umatnya. “Dia membuka tangannya untuk semua kalangan, tanpa memandang status atau latar belakang. Hal ini menunjukkan keteladanan seorang pemimpin sejati,” lanjut Dar Edi Yoga. Sikap ini dinilai jarang ditemukan pada pemimpin saat ini yang kerap menjaga jarak dengan rakyatnya.
Salah satu momen paling menyentuh, menurut Dar Edi Yoga, adalah ketika Paus membiarkan anak-anak meneteskan air mata di jubah putihnya yang bersih. “Beliau tak hanya melihat umatnya dari jauh, tetapi hadir di tengah-tengah mereka dengan kasih,” tambahnya. Momen ini menggambarkan betapa rendah hatinya Paus dalam berinteraksi langsung dengan umatnya.
Tidak hanya itu, Paus Fransiskus memberikan hadiah langsung kepada setiap orang yang menyentuh tangannya atau bersalaman dengannya. “Bukan dilempar seperti yang sering dilakukan oleh petinggi negeri,” ujar Dar Edi Yoga. Hal ini menunjukkan betapa besar kepedulian Paus Fransiskus terhadap orang-orang yang ditemuinya secara langsung.
Selama kunjungannya, Paus Fransiskus juga membawa misi penting mengenai iman, persaudaraan, dan belarasa. Menurut Dar Edi Yoga, pesan ini sangat relevan di tengah berbagai konflik yang melanda dunia saat ini. “Beliau datang membawa pesan yang menyatukan, sebuah pesan yang sangat dibutuhkan di dunia yang terpecah belah,” ujarnya.
Dar Edi Yoga juga mengapresiasi sikap persaudaraan yang diperlihatkan oleh Imam Besar Masjid Istiqlal dan Paus Fransiskus selama kunjungan tersebut. “Dengan sikap persaudaraan ini, harusnya kita sadar diri bahwa kita semua adalah ciptaan Allah. Begitu besar cinta Allah kepada kita, sudahkah kita membalas cinta-Nya?” ujarnya penuh refleksi.
Lebih lanjut, Dar Edi Yoga menekankan bahwa salah satu bentuk balasan terhadap cinta Allah adalah dengan saling menghormati dan menyayangi satu sama lain. “Dengan kita saling menghormati dan menyayangi, berarti kita telah menunjukkan cinta kita kepada Allah,” tambahnya. Hal ini menjadi pengingat penting dalam membangun persaudaraan dan toleransi antarumat manusia.
Ia juga mengingatkan bahwa seluruh manusia berasal dari satu nenek moyang yang sama, Adam dan Hawa. “Bukankah kita semua berasal dari satu nenek moyang, Adam dan Hawa? Kenapa masih saja ditemui sikap intoleransi?” tanya Dar Edi Yoga, mengajak masyarakat untuk merenung. Sikap intoleransi, menurutnya, seharusnya tidak lagi terjadi apabila manusia sadar akan persaudaraan universal yang diajarkan oleh agama.
Pada akhirnya, Dar Edi Yoga menyimpulkan bahwa kunjungan Paus Fransiskus bukan hanya tentang pertemuan antara pemimpin agama dengan umatnya, tetapi juga tentang bagaimana nilai-nilai kemanusiaan, persaudaraan, dan belarasa dapat dijalankan dengan nyata. “Kehadirannya membawa harapan dan teladan yang seharusnya menjadi cermin bagi kita semua,” tutupnya.