Blora – Analisnews : Merayakan tradisi “Bodo Kupat” rasanya kurang Afdol, jika tidak menyantap ketupat sebagai menu wajib di setiap keluarga. Apalagi jika ditambah sayur dan rendang sebagai pelengkap.
Karena itulah, tak heran jika beberapa hari menjelang Lebaran Ketupat, penjualan kulit ketupat dan janur terlihat marak di Pasar Tradisional di Blora. Salah satunya di Pasar Sido Makmur.
Sepekan sebelum Hari Raya Idulfitri, penjual kulit ketupat yang mayoritas adalah pedagang dadakan dari berbagai daerah seperti Rembang, Tuban dan Kebumen, sudah berjejer di sepanjang Jalan Pasar Tradisional Sido Makmur Blora.
Menurut Jari, salah satu penjual janur di pasar tradisional Sido Makmur, asal Desa Sumurboto Kecamatan Jepon, mengatakan janur yang dia jajakan, mulai dijual pada H+1 Idulfitri 1446 Hijriah.
“Saya dapat kiriman janur kelapa dari Kebumen. Satu ikat berisi 50 helai janur dengan harganya Rp 20.000. Sedangkan satu ikat yang terdiri 10 helai janur harganya cuma Rp 5.000,” jelasnya.
Selain menyediakan janur kelapa, ia juga menyediakan selongsong ketupat dan tali pengikat lepet serta buah kelapa tua untuk membuat santan sayur.
“Pembeli yang mau membeli ketupat yang sudah jadi, saya juga sudah sediakan, bahkan saya buatkan langsung, namun harganya berbeflda, yakni Rp15.000 per 10 buah,” kata Suwarti, penjual janur lainnya.
Suwarti mengaku aktivitas musiman ini dilakukan untuk menambah penghasilan keluarga. “Ini sudah saya jalankan setiap tahun menjelang kupatan,” kata dia.
Tidak hanya di pasar Sido Makmur Blora, penjual janur kelapa juga bermunculan di Pasar Desa Gedongsari, Pasar Jepon, Pasar Tradisional Banjarejo, Ngawen dan pasar tradisional lainnya di Kabupaten Blora.
Ngarmin, penjual janur kelapa di pasar tradisional Gedongsari Kecamatan Banjarejo mengemukakan janur kelapa dibelinya dari Pasar Sulang, Kabupaten Rembang, untuk dijual kembali.
“Saya berangkat jam 04.00 pagi, kemudian membeli (kulak) janur di pasar Sulang. Dari Pasar Sulang harganya Rp15.000/ikat. Sampai di Blora saya jual Rp20.000/ikat berisi 50 helai janur,” kata pria asal Desa Balongsari Kecamatan Banjarejo. “Alhamdulillah selalu habis dibeli warga dan penjual di pasar,” tambahnya.
Sementara Watini, salah satu warga Jepangrejo Kecamatan Blora mengakui, lebih memilih pesan beberapa ikat dari penjual keliling, kemudian di antar ke rumahnya, harganya juga relatif terjangkau, katanya.
Di sisi lain, ada juga penjual menyediakan lontong, ketupat dan lepet siap saji yang telah dimasak sehingga pembeli bisa langsung menyantapnya. Hanya saja, harganya berbeda jika dibandingkan membuat sendiri.
“Untuk lontong yang sudah masak, satu buah Rp 3.000. Lepet Rp 3.500 dan ketupat Rp 3.000. Ini tinggal makan, tidak usah repot membuat,” kata Safitri, penjual ketupat dan lepet siap saji.
Ketupat atau kupat dibuat dari beras, sedangkan lepet dibuat dari bahan ketan dicampur parutan kelapa dan beberapa ditambah kacang tholo.
Istilah ketupat kerap digunakan untuk parikan pada acara tertentu, misalnya, kupat kecemplung santen, menawi kathah lepat nyuwun pangapunten (kupat dicelup kuah santan, kalau ada salah mohon dimaafkan).
“Itu menarik dan bermakna, bagian dari kearifan lokal, karena masih dalam suasana lebaran atau di bulan Syawal serta saling bermaafan,” ucap Sagita Ayu, pelajar SMK di Blora saat membeli janur kelapa di pasar tradisional Sido Makmur.